Oleh : KH. Abdullah Habib Faqih
Pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang telah dipergunakan oleh
bangsa Indonesia selama berabad-abad dan berhasil bertahan sampai hari ini.
Pada masa kerajaan Islam nusantara, pondok pesantren berdiri di pusat kekuasaan
dan pusat ekonomi rakyat. Keberhasilan ini muncul karena pondok pesantren mampu
melahirkan berbagai fungsi dan manfaat bagi masyarakat dan kehidupan berbangsa.
Secara
garis besar Visi dan Misi pondok pesantren adalah mencetak ulama yaitu orang
yang alim (pintar agama) Shalih dan terampil. Oleh karena itu spesialisasi ilmu
yang diajarkan di dalamnya adalah ilmu agama (murni) yang bersumber dari
al-Quran. Hal demikian tidak berarti pondok pesantren tidak menyadari akan
pentingnya berbagai disiplin ilmu lain yang notabenenya juga bersumber dari
al-Quran. Karena jauh lebih penting lagi adalah adanya satu kesadaran bahwa
seseorang tidak akan mampu mencapai kemampuan untuk mepelajari seluruh disiplin
secara sempurna. Menyadari akan hal tersebut maka dirasa lebih penting untuk
mematangkan satu disiplin ilmu yang menjadi bidang tujuan utama yaitu tafaqquh fid-din.
Dalam dunia pondok
pesantren telah mengakar kuat satu doktrin ajakan menuntut ilmu sepanjang masaمن المهد الى اللحد dimana
saja ولو بالصين juga berbagai disiplin ilmu
من ارادالدنيا فعليه بالعلم
ومن اردالاخرة فعليه بالعلم ومن اردهما فعليه بالعلمitulah
perintah agama.
Perintah agama untuk menuntut ilmu
tersebut menjadi kekuatan utama masyarakat islam untuk giat menguasai dan mengembangkan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, bukan saja ilmu agama namun ilmu
pengetahuan umum.
Pada masa-masa awal, pusat
pendidikan agama dimulai dari masjid Nabi hingga pada akhirnya tumbuh berkembang
tempat-tempat lain yang menjadi pusat pendidikan yaitu madrasah. Salah satu
diantaranya adalah madrasah Nidzomiyah yang dibangun oleh syekh Nidzam al-Mulk di
Baghdad pada tahun 1067.
Sejalan dengan perkembangan
disamping ilmu keagamaan, para murid juga belajar berbagai disiplin ilmu yang
lain, karena pada hakekatnya semua ilmu itu adalah bagian dari ilmu agama
sepanjang ilmu tersebut mengarah pada kepentingan dan kemanfaatan umat serta
mengantarkan takut kepada Allah SWT sebagaimana yang tersinyalir dari ungkapan Al
imam Al Ghozali مايهمّ للا مّة فرض كفاية . Dari sinilah kita bisa melihat betapa
prestasi ilmiyah peradaban Islam pada
masa lalu benar-benar mengejutkan dunia telah jauh membuat terobosan keilmuan, Sains
dan Teknologi.
Mungkin kita ingat seorang pakar Astronom
dan Matematika yang bernama imam al-Khawarizmi wafat tahun 850 M, melalui
bukunya “Al Jabr wal Muqobalah”. Pada 300 tahun kemudian dunia barat berkenalan
dengan angka nol dan mengadopsi angka-angka Arab.
Begitu
pula seorang syekh Abu Wafa’ wafat tahun 997 M, beliau berhasil menghasil mengembangkan
Trigonometri dan Geometri bola. ia pula yang menemukan variasi-variasi dalam
gerakan bulan. Juga nama al-Biruni wafat tahun 108, telah berhasil membuat alat
ukur garis bujur dan garis lintang bumi yang sangat teliti sampai tiga desimal.
Dan masih banyak lagi prestasi ilmiah yang telah dicapai oleh dunia islam dan
tokoh muslim dalam berbagai disiplin ilmu Sains dan Teknologi baik ilmu
kedokteran, sosial , sejarah, seni, kesastraan argumen, retorika, nalar, hingga
Arkeologi dan Etnologi, Penjelajahan, Geografi, perencanaan kota,maupun Arsitektur
dan banyak lainnya.
Itulah potret abad kemasan peradaban
Islam yang bermula pada abad kelima dari masa kekholifahan Abbasiyah. Semua itu
bermula dari yang diajarkan oleh baginda Nabi kepada para sahabatnya di lembaga
pendidikan paling tua dan pertama yang beliau bangun yaitu pondok pesantren
yang berada diteras (suffah) Masjid beliau dengan kurikulum utama “tafaqquh fid-din”.
Sumber: majalah harokah Al Falahiyah yang diposting di langitan.net