Pagi-pagi begini enaknya
ngapain.
hari jumatkan libur jadi inginku beolah raga saja biar lebih sehat, tapi aku tak hobi bermain bola, atau
pergi kebabat saja sekedar merefreskan fikiran. tapi aku males jalan kaki, huft… lebih
baik aku menulis saja dari pada tak ada kerjaan apapun. Tapi aku juga bingung mau menulis
apa, hehe… ko jadi begini yah. Kenapa semua serba membingungkan. Ah, tak apalah yang penting aku suka menulis, karna menulis adalah bagian
dari hidupku dan dengan menulis kita bisa berexpresi dengan bebas sehingga bisa
di baca oleh orang lain. Apalagi
jika teman kita bilang bahwa tulisan ku bagus atau menarik dan enak di baca, seperti
novelnya Habiburrohman El-Shirazy.
Tapi kenapa hari ini terasa
aneh. Sedari tadi aku belum menulis apa-apa
selain coretan-coretan yang tak jelas ini. Aneh, hari ini aku tak seperti biasanya. aku hanya bisa terdiam, diam dan tak bermateri bagai awan
yang diterkam oleh kesunyian malam, yang selalu menghantui di setiap sudut dunia. aku seakan-akan berada di tengah malam
hutan yang lebat dan tak ada satu pun orang selain aku. Tubuhku terasa
dingin seperti ada yang mengikutiku dari arah belakang. Aku yakin mahluk itu
semakin dekat ke arahku. Suara aneh tiba-tiba muncul mengiringi kedatangannya. Seperti
terdengar suara ketukan kayu besar yang telah berputar di telingaku. keras
sekali suara itu, sepertinya aku ingin lari tapi aku tak berdaya bagai rumput
di padang pasir. Dan sekarang sosok itu berada tepat dihadapanku. Tubuhnya besar
berwarna hitam dengan membawa tongkat besar dan berwajah garang seakan-akan
sudah siap menerkam mangsanya. Makhluk itu mulai mengeluarkan perekataanya, “Nabil
ayo bangun-bangun… tunggu apalagi kamu, lihat sudah jam berapa sekarang!” . fiuuuuhgg! ternyata cuman mimpi. Setelah bermimpi
yang aneh itu, fikiranku mulai tak karuan walaupun aku tau itu hanya mimpi buruk. Ku lihat jarum jam sudah
mendekati angka 12, tanda sholat Jum’at akan segera dimulai.
@@@
Hari
ini terasa sangat panas. Tak seperti biasanya, mungkin hari ini matahari telah marah kepadaku karna aku kesiangan berangkat sholat Jumat. Apa mungkin ini
hari sial, ah! tak mungkin, tak ada kata-kata hari sial karna semua kehidupan
itu ada yang mengatur yaitu Allah. Dan tak ada hari sial walau kadang banyak orang bilang
ini hari sial. Tapi kenapa hari ini sangat panas, padahal ini masih musim
hujan.
“Eh…
Fahri, kenapa yah, siang tadi ko terasa sangat panas?” tanyaku pada Fahri yang
sedari tadi asyik minum Es buah pak Ijo.
“Ah!
Enggak ko, mungkin perasaanmu aja kali” jawab fahri enteng sambil meminum es
buah yang segar itu. Aku terdiam sejenak lalu berfikir dalam-dalam. Tapi kernyitan dahiku ternyata menimbulkan sejuta pertanyaan bagi Fahri. Tak sabar dia pun akhirnya angkat bicara.
“Hei... sobat gak usah dipikirin,
ngapain juga dipikirin bikin kepalaku ikut pusing” rupanya Fahri dari tadi memperhatikanku.
Tak kusangka dia juga peduli dengan masalahku. Padahal satu minggu yang lalu
kita berdua sempat bertengkar gara-gara rebutan tempat duduk di depan Kyai
sewaktu ngaji sore. Tapi itu hanyalah kesalahan kecil bagi kami, dan hal itu
sepertinya sudah wajar. Fahri memang temanku yang istimewa dan tak seperti
teman-teman yang lainya. Dilihat dari penampilanya dia bisa dibilang orang
tidak mampu di sini. Pilihan kenapa dia mondok di sini adalah karna tak kuat
melihat keluarganya yang serba susah. Belum juga ditambah lagi dengan
kakak-kakaknya yang selalu ingin kuliyah seperti teman-temanya di sekolah dulu.
Tapi Fahri memilih mondok saja dari pada kuliah, karna lebih sedikit
pengeluaran uang dari pada kuliah.
“Bil... udah gak usah dipikirin, nih
masih ada sisa Es buah, lumayan buat meredakan haus di tenggorokanmu” ujar
Fahri sambil melihatku tersenyum. “Oh iya terimakasih ri... ”. Beginilah
rasanya bersahabat, tak ada kata benci dan tak ada kata sendiri di waktu kita
susah. Tak ada kata susah di waktu ada marabahaya, indah rasanya seperti
pelangi yang selalu menghiasi awan yang hitam.
@@@
Hari semakin cerah, sinar matahari
membuat bangunan pondok Musytarsidin lebih bersinar dari sebelumnya. Dan kini sinar
matahari membuatku lebih bersemangat beraktivitas dari pada hari-hari kemarin. Alhamdulillah
hari ini tujuh bait nadzom Al-fiyah telah kuhafalkan dengan tanpa susah sewaktu
menunggu jama’ah sholat Subuh. Kini aku siap untuk menyetorkannya pada pak
Rohim di sekolah nanti. Dan semoga saja aku bisa mendahului hafalan Fahri yang
sudah mencapai 852 nadzom.
Selesai mandi pagi untuk persiapan sekolah langsung aku menghadap kepada
Allah untuk melaksanakan Sholat dhuha empat rokaat seperti biasanya. Setelah
selesai segera aku panjatkan do’a untuk kedua orang tuaku yang selalu
mendoakanku di setiap waktu dan tak pernah bosan membiyaiku setiap bulanya. Dan
tak juga lupa untuk Al-Fiyahku, semoga bisa khatam dalam waktu dua tahun ini.
Selesai sudah, waktunya berangkat sekolah. Tapi sebelumnya aku panggil
Fahri dulu untuk berangkat bersama-sama ke sekolah. Dan saat kutanyakan pada
teman sekamarnya ternyata dia sudah berangkat duluan. Ya sudah, lebih baik
berangkat sendirian saja. Tapi rasanya tak enak jika jalan sendirian tanpa adanya
sahabatku Fahri. Dia anak baik, rasanya baru pertama kali aku mendapatkan teman
seperti dia.
Sebelum sampai di sekolah aku melihat ada santri yang berdiri di depan
kantor pusat, tempat para keamanan untuk menjaga ketertiban pondok. Emangnya orang
itu siapa? pasti dia melanggar aturan pondok. Tetapi sepertinya aku kenal
dengan orang itu, orang yang kemarin memberiku Es buah ataukah bukan?, mataku
kurang jelas untuk melihatnya, sehingga ku dekatkan penglihatanku pada orang
tersebut. Ternyata memang benar orang itu adalah Fahri, Astagfirulloh... kenapa
dia ada di sana. Sedang apa Fahri berdiri di depan kantor pusat. Mengapa dia
tidak sekolah. Apa mungkin Fahri melanggar peraturan pondok. Ah! Tidak mungkin,
orang sebaik Fahri tidak mungkin melanggar aturan pondok, karna dia juga murid
kesayangan pak Rohim di kelasku.
beribu pertanyaan muncul di fikiranku. Sampai di sekolah pun aku tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar. Fikiranku hanya tertuju pada Fahri sahabatku,
mungkin tujuh nadzom yang sudah kuhafal telah pergi begitu saja karna melihat sahabatku
berdiri tadi. Kenapa jadi begini, aku coba tanyakan pada teman sekelasku.
“Eh... Maulana, kamu tahu tidak Fahri kemana?” tanyaku berpura-pura tak
mengerti.
“Oh... Fahri toh, dia lagi di hukum di kantor keamanan karna kasus
pencurian” jawabnya dengan serius sambil melihat ke arahku seakan dia bingung
dengan keadaanku.
“Apa! Kasus PENCURIAN, dari mana kau tahu Fahri telah mencuri?” balasku
kaget karna mendengar ucapanya. Tapi aku benar-benar tidak percaya dengan
maulana. “kamu pasti bohong kan...!”
“percaya atau tidak semua bisa dibuktikan nanti sore!”. balasnya
singkat sambil meninggalkanku sendiri di kelas. Tapi sebelum pergi Maulana
berpesan. “Jangan kamu anggap Fahri sebagai sahabatmu!”. Kata-katanya terlalu menyelekit
hatiku. Kenapa Maulana bicara seperti itu. Apa karna aku terlalu dekat dengan
Fahri. Apa mungkin ini hanyalah fitnah belaka, ataukah kenyataan. Tetapi aku
benar-benar tidak mempercayainya.
@@@
Waktu sore telah tiba. Setelah sholat
Ashar semua santri telah berkumpul di depan aula untuk melihat hukuman Fahri
yang telah mencuri. “Mohon tenang... tenang... diharap jangan berisik, karna
akan segera dimulai waktu pencukuran”. Teriak salah satu pengurus pondok untuk
menenangkan suasana para santri yang ribut. “Sebelumnya kami meminta maaf pada
teman kita yang telah kehilangan uang yang telah dicuri oleh Fahri, maka dari
itu ini adalah sebuah pelajaran bagi para kalian semua agar tidak mencuri
barang atau uang santri yang lainya. Dan jika itu terjadi, maka akan mendapat
hukuman keras seperti yang kalian lihat semua pada anand Fahri ini....”. ketua
keamanan itu berbicara panjang lebar untuk mengingatkan seluruh santri yang ada
di aula. Setelah peringatan dan nasehat panjang dari keamanan itu selesai,
pencukuranpun dimualai. Mataku terasa perih melihat kondisi Fahri seperti itu. Dan
kini aku telah percaya bahwa Fahri bukanlah sahabatku yang sebenarnya. Aku telah
salah berteman dengan Fahri. Cerita di saat aku bersama Fahri kini telah
menjadi abu hitam yang selalu melekat di fikiranku. mulai dari belajar mengaji,
musyawaroh bersama, makan bersama satu talam , sampai bermain bola pada hari
jumat, sekarang semuanya menjadi muak untuk aku kenangkan. Mungkin hanya air
mata yang bisa menghapusnya, ribuan mata kini tertuju pada Fahri. Seluruh santri
berteriak memakinya. “HUH... DASAR PENCURI SIALAN...”, cacian kata demi kata
telah berjatuhan di telingaku dan tentunya juga di telinga Fahri. Air mata Fahri terpaksa menetes di pipinya. Ternyata
air mata kesucian itu jatuh dari seorang hamba yang mampu mengaku atas kemaksiatanya
di hadapan Allah. Tapi kini ini aku telah sadar bahwa sahabat bisa saja menjadi
penjahat.
@@@
Sehari setelah kepergian Fahri, aku terasa sendiri dan tak ada yang
menemaniku lagi di saat sedih. aku masih ingat pesan Fahri sewaktu makan di
kantin pak Rohimin. Dia berkata bahwa “Nabil kau harus ingat dengan kata ini jangan
terlalu bersedih jika sahabatmu ternyata penjahat”. Kata itu yang selalu berada
di fikiranku dan ternyata telah terjadi pada sahabatku sendiri. Ternyata dia
bukanlah seperti yang kufikiran sebelumnya. Setelah aku merenung begitu lama
sepertinya di belakang ada yang memanggilku. Rupanya Maulana tengah berlari
sambil membawa selembar surat berwarna biru. kenapa dia membawa surat dan untuk siapa surat
itu.
“bil… ini ada surat dari Fahri, kemarin sebelum boyong dia
sempat menitipkan surat ini padaku”. Ucap Maulana sambil ngos-ngosan.
“Oh…
ya terima kasih ya atas titipanya”. Balasku singkat pada Maulana, Diapun segera meninggalkanku. Aku segera membaca surat tersebut dengan
serius.
To : Sahabatku, Nabil
By : Fahri Firmansyah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sobat, rasanya kita tak lama bersahabat. Kamu sudah lihat sendiri kejadianku
kemarin karna perbuatanku. Mungkin kau tidak mempercayainya karna yang kau lihat bukanlah aku sebenarnya kau sangka baik,
akan tetapi sebaliknya.
Akupun tak menyangka kenapa aku bisa melakukan ini. Sekarang aku tak akan melakukanya lagi. Karna kaulah aku akan berubah, jiwa santunmu membuat hatiku luluh. Aku sudah
mempunyai banyak teman tetapi kaulah satu-satunya yang bisa meluluhkan hatiku, terima kasih sobat…
Aku
pesan satuhal padamu, kelebihanmu bisa menutupi kekuranganku dan kekuranganmu
akan bisa melengkapiku, maka dari itu jangankau anggap aku adalah musuhmu. Sekian..
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hening
sudah. Semua legenda kehidupan telah ditutup
dengan adanya cahaya fantasi dari Yang maha kuasa. Manusia bisa berbuat apa saja, tetapi
Allah lah yang menghendaki. Bayi yang lahir, nyawa yang hilang, daun yang
jatuh dan hujan yang turun, semua itu adalahlah kehendak Allah. Angin pantai mulai menghiasi
samudra Hindia demi ikan-ikan yang berdzikir kepada Allah. Serabut awan telah
dibuka dengan cahaya surya. Suara burungpun mulai menghilang, dan langitpun
mulai diam lalu diganti dengan kesunyian malam.
Sekian
Langitan, 27 September 2013
By*Yagami_El-Heaffy