Sudah pasti semakin jatuh taraf kemiskinan
atau sebuah finansial yang dimiliki seseorang maka akan semakin besarlah
kesusahan yang timbul dari perkara tersebut. Tapi, dalam hal ini timbulnya
kesusahan bagi sebagian-atau yang lebih tepat adalah segelitir- manusia adalah
tidak berlaku, dalam artian keterbatasan material atau kebutuhan manusia itu
tidaklah membuat internal diri menjadi susah dan diekspresikan oleh eksternal
diri dengan suatu kegelisahan. Mudahnya saja, meskipun saja tidak punya uang
tapi hati tetap saja merasa senang. Contohnya seperti orang-orang yang
mengikuti jejak para sufi yang tidak tertarik pada gemerlap dunia.
“Susah” memang diciptakan Allah SWT untuk
semua manusia. Dia ditempatkan pada software manusia yaitu otak. Otak
akan merespon tekanan-tekanan sesuatu dari luar yang membuat susah. Semisal, pemerintah pada 1 April nanti akan
menaikan harga BBM. Dengan respon yang sangat cepat, rakyat langsung melakukan
penolakan, mereka meluruk ke jalan untuk berdemo. Hal ini dari sebab pemikiran
panjang akibat kenaikan BBM.
Dengan naiknya BBM, harga sektor lain pasti
juga akan ikut naik, seperti harga pokok setiap hari, ongkos transportasi.
Kenaikan yang timbul tersebut diakibatkan semua kebutuhan yang ada itu
membutuhkan pendistribusian dari produsen, yang mana pendistribusian itu pasti
membutuhkan kendaraan yang juga pasti butuh pada BBM.
Dari sini maka masyarakatpun berpikir, harga
kebutuhan akan naik, berarti biaya rumah tangga dan biaya sehari-hari juga akan
naik juga dan parahnya hal tersebut tidak didukung dengan upah gaji yang tidak
dinaikan. Akibatnya kesusahan akan melanda. Selain itu menurut sebagian
pengamat ekonomi angka kemiskinan akan melonjak.
Sebab lain dari rasa susah adalah sebuah
kehilangan, rasa susah akan selalu menghinggap kepada seseorang yang sedang
kehilangan sesuatu yang dia miliki apalagi yang dia sukai, seperti kekasih,
barang kesayangan, ditinggal oleh ortu dan lain sebagainya.
Berangkat dari sini, penyakit susah itu ada
kaitan erat dengan masa lalu, sekarang dan masa depan, oleh sebab itu, kita
dapat mengambil kesimpulan, sebab dari susah itu dapat dibagi lagi menjadi tiga
bagian:
1. Aspek fisik
Meliputi penilain
individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki oleh individu tersebut, seperti
tubuh, tubuh yang dimiliki oleh seseorang yang gemuk akan bisa mengakibatkan
sebuah kesusahan yang muncul karena kurangnya kepercayaan diri.
2. aspek sosial
Meliputi bagaimana
peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilain individu
terhadap performanya dalam lingkup sosial. Seperti contoh kenaikan harga BBM,
sebagaimana di atas tadi.
3. aspek psikis
Meliputi pikiran,
perasaan, dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri seperti kehilangan
orang-orang yang dicintai, pusing memikirkan pelajaran, dan lain sebagainya.
Permasalahan yang
timbul dari rasa susah itu tidak boleh dibiarkan begitu saja, efek samping dari
susah yang berkempanjangan itu dapat mengakibatkan stres, depresi, trauma dan
lebih-lebih akan mengakibatkan kegilaan, dan bahkan bisa mengakibatkan
kematian.
Kebanyakan
orang-orang yang mengidap penyakit susah itu biasanya terlalu memikirkan yang
disenangi yang sangat ingin didapatkan, ada dorongan yang kiau untuk
mendapatkannya tapi bagian eksternal diri (yang dapat diartikan dengan
kesosialan dan kemampuan manusia itu sendiri
) itu tidak dapat mendukung. Atau dengan kata lain, susah itu berhubungan dengan nafsu syahwat, nafsu syahwat itu jika tidak dituruti maka akan menimbulkan rasa susah dalam hati.
) itu tidak dapat mendukung. Atau dengan kata lain, susah itu berhubungan dengan nafsu syahwat, nafsu syahwat itu jika tidak dituruti maka akan menimbulkan rasa susah dalam hati.
Jadi dapat kita
ambil kesimpulan, bahwa rasa susah itu adalah hal yang bersifat rasa dan
maknawi. Da susah itu dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri.
oleh Mada Aziz