Gubernur (Pilgub) Jawa Timur merupakan
hal yang hangat-hangatnya diperbincangkan saat ini. Beberapa surat kabar selalu
menampilkan berita-berita terbaru mengenai perkembangan Pilgub tersebut di
setiap harinya sejak beberapa bulan yang lalu. Begitu pula dengan siaran televisi
lokal maupun nasional yang menayangkan berita yang lebih up-to-date. Dan
sebentar lagi ribuan poster akan terpampang dalam reklame-reklame di tempat
umum dan pinggir jalan raya. Stiker-stiker dan kaos degan gambar pasangan cagub
dan cawagub pun akan banyak tersebar khususnya pada rakyat kalangan menengah
kebawah.
Tak lama lagi perhelatan akbar pemilihan
gubernur jawa timur yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali untuk memilih sesosok pribadi
yang akan memimpin di daerah terpadat kedua se-Indonesia. Beberapa orang dengan
kecerdasan, kekayaan, dan elekbilitas yang tinggi berusaha merebut
kekuasaan di mana mereka akan menjadi orang nomor satu se-jawa timur. Berbagi
cara mereka tempuh untuk mencapai keinginan tersebut. Termasuk dengan mencari
pasangan terbaik untuk menjadi wakilnya. Mereka juga berebut mencari dukugan
dari partai politik besar pemegang kursi maupun yang non-pemegang kursi. Mereka juga berusaha untuk menggaet
tokoh-tokoh yang memiliki reputasi tinggi, mulai dari tokoh-tokoh agama,
tokoh-tokoh masyarakat, dan tak kalah tokoh-tokoh dari kalangan artis pun
menjadi sasaran empuk mereka sebagai kendaraan untuk melaju dalam Pilgub
tersebut.
Karena ketatnya persaingan tersebut,
tak ayal banyak dari mereka yang menghalalkan segala cara. Banyak
kecurangan-kecurangan yang mereka lakukan untuk menang dari pasangan lawan. Rakyat
jelata pun menjadi sasaran. Mereka diharapkan untuk membuat tim khusus untuk
mendapat dukungan dari rakyat dengan iming-iming pesangon pemberian pasangan calon
dan wakil bupati. Rakyat kecil yang notabenenya hidup serba kekurangan
pun banyak yang tergoda oleh tawaran tersebut. Suara mereka sebagai pemilih
yang sah untuk memilih pemimpin seluruh rakyat daerah jawa timur terjual hanya
dengan lembaran uang yang tak berharga. Yang lebih memprihatinkan lagi
kebiasaan menyuap tersebut sudah dianggap menjadi tradisi dan mereka
tunggu-tunggu setiap empat tahun sekali.
Tak bisa dipungkiri lagi, negara kita
semakin terpuruk dengan buruknya kualitas pemimpin yang ada. Banyak dari mereka
menyalahgunakan kekuasaannya. Mereka hanya mengincar pangkat, kepopuleran, dan
kekayaan. Sudah tak bisa kita hitung lagi kasus-kasus yang diperbuat oleh para
pemerintah. Mulai dari korupsi, mengkonsumsi narkotika, melakukan hubungan seks
di luar nikah, dan banyak lagi perbuatan mereka yang bisa menghancurkan bangsa.
Lantas, apa yang harus kita lakukan
untuk menghentikan kebudayaan buruk yang sudah menjamur tersebut?.
Mengolok-olok, mengkritik, atau berdemo untuk mengadilinya?. Atau bahkan kita
hanya berdiam dan membiarkan keburukan itu terus berlanjut?. Hal-hal tersebut
tak akan bisa menghentikan kebiasaan buruk para pemerintah nakal. Karena pasti
selalu ada calon-calon pemerintah nakal lain yang akan meneruskan kebiasaan
tersebut.
Pada masa kekhalifahan Dinasti
Abbasiyah, seorang rakyat memberanikan diri untuk menemui sang Khalifah dan
menegurnya. Ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kenapa engkau tidak bisa
memimpin kami seperti saat Abu Bakar r.a. menjadi khalifah di masa itu?”.
Dengan enteng sang Khalifah pun menjawab, “Karena kalian tak pernah bisa
menjadi rakyat seperi saat masa kekhalifahan Abu Bakar r.a.”. Dari sepenggal
kisah tersebut kita dapat mengambil pelajaran darinya, jika kita menginginkan
pemimpin yang adil dan peduli dengan rakyatnya, kita juga harus bisa menjadi
rakyat yang baik dan mengerti kewajiban yang harus kita penuhi. Jangan sampai
kita menyalahkan pemerintah yang korupsi sedangkan kita juga melakukannya.
Menyebut mereka sebagai pencuri, tetapi kita senang jika diberi hasil curian
tersebut. Menganggap mereka sebagai kriminal, sedangkan kita juga sering
melanggar aturan. Maka dari itu kita sebaiknya bercermin, seperti apa diri kita
ini sebelum mencela orang lain. Termasuk salah satu kewajiban kita sebagai
rakyat adalah dengan memilih pemimpin yang baik luar dan dalam. Jangan sampai
hak kita dibeli hanya dengan materi. Karena pada akhirnya, kita akan dibayar
dengan kekecewaan dan penyesalan setelahnya. Think before doing, if you don’t
want to be fooling.