Mentari yang hangat, tetesan embun yang sudah mengering, Ayam
jantan yang sudah berhenti berkokok, dan suara nadhoman yang kian ramai
terdengar di seluruh penjuru kelas. Sial, hari ini aku telat lagi. Sudah jam
setengah Sembilan broo… Gila, jam segene aq baru berangkat, gimana respon gus
Rokhim nanti…?
Ampun pak… jangan hukum saya… hatiku gemeresek gak
karuan. Fuhh.. masa bodohh, yang penting aku tetap sekolah. Guse kan penyabar.
Paling-paling juga akan berdiri di kelas. Sebenarnya itu lebih baik, dari pada
aku dipersilahkan duduk, terus tidur, ngeekk, hilanglah semua kalam
indahnya, dan aku tetap dalam peraduanku (cek ile.. pakek nyastra segala).
Yes yess.. ternyata guse belum datang… yeaach… aku lihat di
dalam kelas teman-teman sedang ribut gak karuan.. betewe.. siapa yang mindahin
pasar babat ke kelas.. suasana jadi rame kayak ada obralan sandal..
“ heh..heh.. aku, aku,
aku..”.
“Whoi.. mana bagianku”.
“ hooy.. sini hoy jangan di ambil sendiri”.
Asyeek...ternyata mereka lagi bagi-bagi jajan...
“Whoy.. whoy.. mana bagianku..” aku gak mau kalah. suaraku
yang keras makin menambah keributan di dalam kelas.
“WHOOiii….”
Terdengar teriakan seseorang dari depan pintu. Gila, suaranya lebih keras dari kami semua. Menggelegar
kayak salon Simbada.. bahkan teman-teman yang asalnya rame jadi diam tanpa
kata (Ost. D,masiv).
Ya ampun,
ternyata Thohir, si ketua kelas. Dia baru datang dari kantor dan langsung berteriak. Habis kerasukan
apa dia, jadi galak kayak gitu.
‘’Astaghfirullahal‘adhim.. kalian ini, gurunya ga’ ada
bukannya musyawaroh kek, belajar kek, malah ribut kayak tekek. Astaghfirullahal’adhiiim.. malu donk,
kalian ini sudah kelas tiga emte,es. Masak tampang tua-tua gini kelakuanya
kayak anak kecil. Astaghfirullahal’adhiiim..” crocos Thohir dengan muka
yang merah padam kayak bibirnya rifki.
“Anu kang,. Malik sedang bagi-bagi jajan. Makanya kami
rebutan” jawab Jamal, murid paling kecil di kelas.
“Apa.. kalian ini….. kenapa ga’ bilang dari tadi.. hoii,
mana bagian ku.. hooii..”. Hadoohh capek deh, si Thohir malah memprofokasi. Oke
lah broo, kamu memang ketua kelas yang patut ditiru.. sekarang suasana semakin
rame seperti kuburan, kuburan yang lagi ada acara haul maksudnya.
“sstt ssst… guse datang, guse datang.” Kicaunya rifki di sela-sela keributan.
Teman-teman langsung gelodakan lari menuju tempat duduk masing-masing. Saat itu
juga Thohir selaku ketua kelas langsung ke depan
berpura-pura sedang menerangkan pelajaran. Padahal, di papan tulis kan ada banyak gambarannya Ihsan.
Masak dia mau nerangin gambar itu.
Sedetik kemudian, terlihat bayangan dari balik pintu. “Assalamu
‘alaikum..”. suaranya khas, sepertinya dia… oh tidak.. ternyata dia Suyuti
“ya Allah…. Bonjoool…bonjol… ngagetin orang aja kamu” cetus
Anam.
”kirain guse yang
datang, ealah malah tampang kamu yang nongol” sambung Zahid.
“Heheh, santai bro..
kali ini guse gak bakalan masuk, percaya sama aku..” cetus Bonjol, panggilan
kerenya Imam Suyuti.
“Hah, yang benar kamu, tadi aku lihat guse siap-siap mau
berangkat” sahut Maaf, singkatan dari Muhammad Amar Anwar Faqih.
“Yahh, informasi kamu kurang Update, tadi aku dapat kabar
kalau guse mau tindaan, jadi sekarang pelajaranya kosong” terang bonjol.
“Wah,, ssip..
sae niku, kalo gitu ayo kita pulang” cerocos Khidir,
“setujhu.. ayo pulang” fuad langsung nge-like komentar khidir dan disambut dengan
komentar teman-teman yang lain.
intinya banyak dari mereka yang
setuju.
Semua sudah siap. Kitab-kitab sudah melekat di tangan, ok
bro..saatnya kita pulang.
“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh” Tiba-tiba
terdengar suara salam.
Busyeeet … di saat semua sudah siap mau pulang. eh tanpa
diduga pak Shomad malah masuk ke kelas. Ketahuan akhirnya tampang-tampang yang
gak niat sekolah.
“wah wah, mau pada ngapain ini” selidik beliau.
“a anu pak,, kami mau…”
“mau kencing pak, ya, mau kencing, sudah kebelet nih
pak” belum selesai suyuti ngomong, Fuad langsung memotongnya. Dasar si fuad,
otaknya ditaruh di dengkul apa, mana ada orang kencing sambil bawa kitab, rombongan
lagi. Karuan saja pak Shomad gak percaya. Kami pun disuruh duduk kembali.
“saya di sini cuma ngasih kabar. hari ini gus Rokhim
tindaan, jadi gak bisa masuk. tapi kalian ga’ boleh pulang. beliau berpesan,
kalian harus musyawarah sampai nanti jam setengah dua belas, nah setelah itu baru kalian boleh pulang”. terang beliau.
“inggih pak” suara teman-teman kompak.
“ Ya sudah, aku tinggal kalau begitu, jangan rame lo ya.
rame ga’ papa asal ramenya debat masalah pelajaran.”sambung beliau.
” Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh”
“Waalaikum salam warohmatullahiwabarakatuh”
“oke bro...kalian
denger sendiri kan kata beliau.. kita ga’ boleh pulang..jadi, ayo kita
istirahat.. “ seru bonjol dengan suara khasnya. Suara doremon.
“wahh ide baguz
broo... ....” Anam yang sibuk utak-utek pun ikutan nyahut.
”Oke.. ayo
ngaso.....” seru khidzir yang langsung disambut dengan “oke”-nya teman-teman
yang lain, termasuk aku yang juga gak mau ketinggalan.Tanpa basa-basi separo
dari kelas kami sudah hilang tanpa jejak. dan hanya segelintir anak saja yang musyawarah
di Dalam kelas.
-@@@-
Detik demi-detik telah berlalu. Jarum jam
terus bergeser memutari porosnya. Dan saat ini, angka dua belas sudah hampir dilalui
oleh jarum pendek. Seluruh penjuru kelas terlihat tenang. Sebagian kelas ada
yang sudah pulang. Tidak ada keributan sedikitpun. Apalagi suara kelotekan anak-anak
usil. Yah, semuanya tenang. tapi tidak bagi kelas kami.
“seratus lima......
seratus enam.... seratus tujuh........ seratus lapan...” suara teman-teman terdengar kompak.
“Ampun pakkk,
capeeek.....” suyuti menggeliat kayak
uler keket.
“halaaah... baru seratus
delapan sudah loyo, mana kekuatan kalian....” sahut pak Somad. Busyett
broooo... gak kusangka ternyata pak somat super duper kilerrr.. bayangin bro...
pus ap 200 kali... Gila, punggungku rasanya kayak didudukin Fuad, berat banget
bro...
“Sekolah ga’
niat, bangkang sama guru, Mau jadi apa kalian...?” bentak pak Shomad dengan
muka super serius. “sebentar lagi mau
ujian, seharusnya kalian belajar yang tekun, sekolah yang rajin, biar g’
terjaring absen. Paham gak kalian..”..
“inggih pak”
suara kami serempak tapi terdengar lembek kayak gorengannya mbah Hadi.
Hidup memang gak
asik tanpa ada lika-liku. Dan pahitnya biji Maoni bukan berarti itu tak ada
gunanya. Hari ini aku telah merasakan pengalaman yang pahit. Maski gak bisa
disamakan dengan pahitnya biji maoni. Tapi aku menyebut ini pengalaman yang
pahit, karena kami tadi siang juga disuruh makan Maoni sama pak Shomad.
Rasanya,hhiiiihhh pahit…
itu karena kami belum hafal waktu
disuruh setoran.. Yah , setidaknya hari
ini aku mendapat pelajaran yang berharga dari beliau.. ingat broo.. niat kita
sejak awal mondok. Yaitu belajar, belajar dan belajar.. ok broo....
by: Istahilagi