*Adzikro@l_aqso
Salam sobat Romansa, udah lama banget rasanya nggak nyapa kalian,
jadi kangen, buat ngobatin kangen itu aku mau nyerocos agak banyak di rubric ini, nggak papa kan…!thank’s.
Tentunya kita sudah akrab banget dengan kata ‘Remaja’ donk….!,
sebuah kata yang sekarang menjadi status kita. Yup, remaja, muda, ABG, adalah
memiliki satu arti, masa setelah kecil sebelum beranjak dewasa, masa yang
menegangkan, masa yang mengkhawatirkan, tapi juga masa yang penuh dengan
peluang, penuh dengan gejolak kesemangatan, pokoknya kata orang-orang masa
remaja adalah masa paling indah.
Masa remaja adalah masa yang cukup membingungkan, kok bisa? Iya
lah, secara, kita yang baru melepas status kecil atau anak-anak, tentunya nggak
begitu aja bisa bener-bener lepas, sisa-sisa kebiasaan, atau mungkin
sifat-sifat kekanak-kanakan tak jarang masih melekat. Mau tampil dewasa belum
cocok, tampil kekanak-kanakan udah kegedean, serba repot. Mak Dar It (Maka dari itu),di antaranya ahli tata busana sekarang
berlomba-lomba buat ngebikin trend-trend
baru khusus buat para remaja, tak lain agar para remaja tidak kesulitan buat
bergaya. Sajian televise, baik film, music, dan reality show lain juga banyak memberikan tayangan yang mendidik dan
pas buat remaja. Tapi, semua itu bukan menjadi obyek bidikan tulisan kali ini.
So, kita lebih menyorot lebih intens tentang gaya hidup remaja yang mulai
meresahkan, dan agaknya menyeleweng dari koridor keremajaan.
Dewasa ini, kita sebagai remaja wajib buat bersyukur, Why? Sebab kita di tempatkan dalam
sebuah tempat teraman dan ternyaman, yang lebih menjamin terlahirnya
remaja-remaja berpribadi luhur. Lihat saja remaja-remaja di luar sana, semua
sudah tak terkendali, para orang tua sudah lepas tangan terhadap problem
remaja, bagi mereka anak-anknya sekolah, berhasil itu saja, akankah mereka
memikirkan moral bangsa jika tingkah remaja sebegitu menyedihkannya. Remaja
kota, terutama, kehidupan mereka sama sekali tak tersentuh oleh nilai-nilai
keagamaan, hanya kata ‘Senang’ yang terpikirkan. Mulai dandanan, sama sekali
tak mencerminkan kesopanan adat ketimuran, ditambah lagi perilaku, semua sudah
di ujung tanduk.
Once more, kita harus bersyukur ada di ma’had
ini, aktifitas kita begitu agamis, syarat akan kesantunan, jangan sekali-kali berfikir
untuk menyesal, andai kita hidup di luar sana, bisakah kita menjamin kita bisa
sholat jama’ah lima waktu? Bisakah kita terus membaca Al Qur’an setiap
waktu?bisakah kita menjaga mata dari hawa yang semakin centil tebar pesona?.
Kita adalah saksi dari remaja yang hancur, remaja yang saat ini menjadi sasaran
empuk untuk meruntuhkan nilai islam. Budaya-budaya barat dengan kemasan cantik
dijual murah untuk para remaja, dan dengan mudahnya para ABG labil tertarik
lalu membelinya, tanpa lagi membaca komposisinya, dampak baik buruknya, semua
ditelan tanpa sisa, dan mereka seakan belum sadar bahwa tubuh islam melalui
mereka telah digerogoti dengan begitu ganasnya, tingggal menunggu masanya saja.