Bola adalah sesuatu yang bundar. Kita bisa memainkanya bersama lebih dari 20
orang sekaligus. Bola adalah ajang dunia. Melewatinya bagaikan menyusuri samudra
kehidupan. Semangat juang, kekompakan, solidaritas dan toleransi, semua bisa ditemukan
dalam “Bola”.
Tak pandang bulu, virus bola pun merambah kedalam berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari anak kecil sampai
kakek-kakek, penjual koran sampai presiden. Semua dianggap candu jika tak
mengenal bola. Para santripun tak ketinggalan, mereka berusaha lubang jarum
(kesempatan dalam kecepet), untuk
bisa mendapatkan informasi tentang bola lebih jelas dan gamblang. Mulai dari televisi,
internet, ataupun langsung terjun menyaksikanya di stadion.
Bagi mereka yang tabu akan bola, hal ini adalah sesuatu yang gila.
Bagaimana bisa mereka (para Gibol) memperjuangkan si bundar itu sampai
merelakan waktu, tenaga, dan uang. Sampai begitunya. Beda lagi dengan si Gibol, mereka akan
menganggap waktu, tenaga dan uang, bukanlah hal yang berharga jika dibanding
dengan keasyikan yang didapat ketika dihadapkan kepada segala sesuatu yang
berhubungan dengan bola.
Cangkru’an bola, menjadi hal wajib bagi sang idola
Bola. Kantin, jerambah pondok, sekolah sampai musholapun. Bola tetap
menjadi yang utama. Topik ini kemudian berkembang mulai dari liga antar kelas
sampai liga dunia. Semua dibahas secara runtut dan gamblang hingga pemain, skill, konversi gol, dan lainnya. Semua hafal di
luar kepala.
Apakah Semangat juang, kekompakan, solidaritasi dan toleransi, hanya
ada di bola??? Tidak!!....., sama sekali tidak. Kita
bisa mencarinnya melalui banyak hal, (yang lebih positif tentunya). Mengaji
bersama, belajar bersama misalnya. Apakah itu bukan merupakan hal yang lebih
poositif?.....
Apakah kalian tidak puas dengan informasi yang didapat dari koran yang
telah dilegalkan oleh pengurus amn?.
televisi, internet, ataupun langsung terjun menyaksikanya di stadion, adalah
suatu larangan yang telah ditetapkan. Dan bukankah mena’ati peraturan yang
telah ditetapkan itu lebih berarti jika di banding dengan hobi kita?, hari ini
bukan saatnya senang-senang bung………,. Tidakkah kalian ingin mendapatkan ridlo
para masyayikh untuk mendapatkan ilmu yangn bermanfaat?.
Waktu, tenaga dan uang, bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Semuanya
adalah lebih berharga jika dibandingkan dengan hobi kita. Dan kelak, semuanya
akan dipertanggung jawabkan di hadapanNya.
Apakah tidak ada topik lain yang lebih bermanfaat?, sadar bung!,
Kantin, jerambah pondok, sekolah dan mushola, bukanlah tempat ajang pencarian
pengetahuan tentang bola. Pelajaran, hafalan dan kefahaman, itulah yang kita
cari. sadar posisi kita dong……., jangan hanya terbuai dalam lamunan mimpi.
masalah bola, hafal di luar kepala. Tapi pelajaran ???
Tapi nggak papa kok………., semua hal pasti ada negative dan positifnya.
Tinggal bagaimana kita mengaturnya. So, kalau Cuma sekedar sih nggak papa. Sekedar merefress otak
kita yang lagi blank sama pelajaran. Hobi?, nggak papa asal nggak
terlalu fanatik dan terobsesi. Tapi kalau melanggar, nggak boleh 100%, Titik dan nggak pakek koma. Cukup
lihat di Koran aja.
Hitam-putih merupakan sebuah
pilihan. Kita pasti sudah bisa membedakan antara baik dan buruk-nya suatu hal. Sadar
diri dan posisi merupakan gerbang kebenaran yang ada dalam diri kita adalah
kunci utama menuju kebenaran itu sendiri. Dan kita yakin pasti bisa
melakukanya. Gud lack..........
Kalampayan D’ BePe
(bandeng presto)
And the KAFAFA