Kegiatan jam'iyah para santri di PP. Langitan |
Sebuah karunia, nikmat dan anugrah
yang besar dari Allah adalah dipilihnya kita menjadi seseorang yang
diberi kesempatan untuk belajar ilmu agama, kita seharusnya bersyukur karena
telah diberi sebuah karunia dan kenikmatan yang luar biasa dari Allah SWT.
Sebab belajar ilmu agama, keberadaan kita di pesantren ini bukanlah karena
kekuatan ataupun kehendak kita, tapi itu semua karena kita telah dipilih oleh
Allah menjadi seorang yang baik di Dunia ataupun di Akhirat.
Ilmu itu
merupakan sesuatu yang mulia dan berharga, sehingga tidak akan diberikan begitu
saja kepada sembarang orang. Anggap saja sebuah permata, seseorang tidak akan
rela menitipkan benda berharga tersebut kepada orang yang tidak dia percaya,
tapi dia akan menitipkannya kepada orang yang dia anggap Amanah. Dan ilmu itu
lebih berharga dari pada permata, karena ilmu adalah warisan para Nabi. Kita
dapat tanda diberi kesempatan oleh Allah belajar Agama itu berarti kita adalah
pilihan Allah SWT. Tinggal
kita mau amanah atau tidak untuk menjalankannya, sesungguhnya kita ini sedang berada dalam pengawasan dan diuji oleh Allah, Dan Insya Allah santri yang amanah akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT.
kita mau amanah atau tidak untuk menjalankannya, sesungguhnya kita ini sedang berada dalam pengawasan dan diuji oleh Allah, Dan Insya Allah santri yang amanah akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT.
Islam itu bisa berdiri tegak
atas dasar ilmu dan pengetahuan, oleh karena itu tidak pantas bagi seorang
muslim jauh dari cahaya ilmu, ketahuilah bahwa mempelajari , mengamalkan dan
mengajarkan ilmu agama I itu lebih
unggul dari pada amalan – amalan lain untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka dari itu dengan ilmu agama kita bisa lebih dekat dengan
Sang Kholiq, karena ilmu itu adalah Asasul Ibadah. Allah
tidak akan me menciptakan Manusia dan
Jin kecuali untuk beribadah kepadaNYA , sedangkan dasar dari semua
ibadah adalah ilmu, sepeerti yang diterang kan dalam kitab matanul Zubad
بغير
علم يعمل # اعماله مردودة لا تقبل
وكل من
Setiap orang yang beramal tapi
tanpa menggunakan ilmu itu amalnya tidak
diterima alias ditolak, seperti contoh suatu kejadian yang kerap kali
terjadi di kalangan orang awam, yaitu ibadah Haji, mereka berpikir pokoknya ada
uang dan mampu itu sudah cukup, padahal mereka dituntut untuk mengerti tata
cara ibadah Haji, akibatnya ada kejadian dari salah seorang diantara mereka
yang ingin mencium Hajar Aswad tapi dia lakukan dengan cara mendorong, mendesak, bahkan sampai menyakiti
orang lain, padahal kelakuan yang semacam itu hukumnya adalah Haram, dan dia
melakukannya demi amalan yang hukumnya sunah. Demikian ini seharusnya tidak
terjadi jika seseorang mempunyai ilmu.
Ilmu adalah Manba’ul
Khoirot sumber kebaikan, tidak ada suatu kebaikan yang tidak lewat dari
ilmu dan itu pasti, sedangkan kebodohan ad alah
pangkal dari kejelekan, kejahatan dan sumber musibah. Sebab orang yang jahil
itu pasti akan meninggakan tho’at dan mengerjakan maksaiat.
Kita kalau
diceritakan tentang kebaikan orang-orang yang ahli ilmu itu pasti tidak akan
ada habisnya
Sayyidina
Abbas menerangkan keunggulan orang yang ahli ilm dengan orang yang beriman itu
berbanding 700 derajat atau pangkat, dan dari satu pangkat ke pangkat
berikutnya itu sejarak perjalanan 500 tahun.
Sebagai seoang
santri kita harus bersyukur kepada Allah, semakin kita bersyukur maka Allah
akan memberi kelebihan kepada kita,
karena kelebihan orang yang berilmu dibanding orang Abid itu sebagai
mana bulan Purnama dengan bintang, bisa kita lihat bagaimana teragnya cahaya
bulan Purnama dibanding bintang.
Santri itu
muamalahnya langsung dengan Allah, dan jika di depan ustadz, kiyai ataupun
tidak itu sama saja dalam artian tetap tawadhu’ dan sopan santun, karena setiap
santri pasti menginginkan dirinya sukses di kemudian hari.
Habib Zen Al
Athos menerangkan adab seorang yang alim, yakni kewajiban bagi seorang santri,
diantaranya adalah :
1. Thoharotul Qolbi
Membersihkan
hati dan jauh dari pelanggaran. Kita di pesantren ini sebenarnya adalah
latihan, manut pada peraturan dan suatu saat akan menjadi panutan, oleh karena
itu sepatutnya bagi seorang santri untuk membersihkan hati darii segala kotoran
paenyakit hati, agar gampang dalam mencari, menerima dan mendapatkan
hasil Ilmu, kita semestinya melihat ke dalam hati kita, apakah hati kita ini
sudah bersih atau belum. Imam Syafi’i saat belajar kepada imam Malik, ketika
itu Imam Malik mengatahui kecerdasan Imam Syafi’I dan beliau berpesan “Hai
Muhammad Bin Idris, takutlah kepada Allah dan jauhilah maksiat karena kamu kelak akan meraih keistimewaan
dan keberhasilan, sesungguhnya Allah telah menaruh cahaya di hatimu maka jangan
padamkan dengan maksiat” .
Sahal bin
Abdullah berkata : gak mungkin hati menerima cahaya dan sesuatu yang tidak
disukai Allah
Santri yang
menuntut ilmu itu pada dasarnya membawa wadah yang berupa Hati, sebagai
ibarat seorang yang meminta Madu istimewa tapi dia membawa wadah yang
kotor, maka orang yang memberi madu pasti akan merasa “eman” untuk memberikan madunya, begitupun juga
dengan Hati yang kotor , oleh karena itu seorang santri harus membersihkan hati
dari segala macam penyakit hati.
2. Ikhlas dalam mencari ilmu
Ikhlas dalam
artian menata niat yang benar dalam mencari ilmuالأعمال بالنيات إنما , santri yang beriat mencari ilmu
untuk mendapatkan pengetahuan, mendapatkan ridho dari Allah, mengamalkan dan
mengajarkam ilmunya akan diberi ke”gampang”an oleh Allah dalam mencari
ilmu.Oleh karena itu kita perlu mengoreksi diri kita untuk menegakkan Syari’at
Islam, Insya Allah jika niat kita benar maka ilmu akan menjadi bermanfaat.
3. Tawadhu’ Wa Khidmatul Ulama’
Santri harus
mempunyai sifat Tawadhu’, semakin bertambah ilmunya semakin bertambah pula
tawadhu’nya, dan juga harus Khidmah pada Ulama’ dan Ahli ilmu.
Ibnu Abbas
ketika berangkat untuk menuntut ilmu kepada guru beliau, begitu sampai di depan
rumah guru beliau, ternyata pintu rumah dalam keadaan tertutup, akhirnya beliau
menunggu di depan rumah guru beliau sampai setengah siang, meski di luar
terkena angin dan debu beliau gak berani untuk pulang.
Syeh
Baha’uddin As Subki pernah berangkat bersama ayahnya ke negeri Syam dengan
menunggang kuda, di tengah jalan ada seorang petani yang lagi diskusi membahas
pendapat Imam Nawawi, salah seorang dari mereka berkata : Qola Syaikh Nawawi,
maka beliau langsung turun sebab mendengar seorang petani yang mengucapkan
kalimat imam Nawawi
Imam syafi’i
hafal Al Qur’an pada usia 4 tahun, mengumpulkan Hadits pada usia 7 tahun dan
pada usia 15 tahun ayah beliau berpesan “hai anakku telah berakhir bagimu masa
kanak-kanak, sekarang saatnya kamu berkumpul dengan orang-orang baik dan
sholeh, kamu tidak akan beruntung berkumpul dengan ulama’ kecuali kamu membri
manfaat kepada mereka
4. Berusaha mencari manfa’at kapanpun,
di manapun
Ilmu itu bukan
hanya didapat ketika kita di kelas atau belajar tapi di manapun juga, kapanpun
juga kita harus siap mencari manfaat sebuah pengetahuan, oleh karena itu segala
macam informasi yang kita anggap sebagai catatan penting harus segera ditulis
supaya tidak hilang,karena segala sesuatu yang ditulis itu lebih awet dari pada
sesuatu diamalkan.
Imam syafi’i
ketika belajar kepada imam malik pernah berkata ”saya menulis dengan jari dan
tintanya adalah ludah saya”,
Seorang murid
tidak akan mendapat futuh dari Allah dalam tolabul ilmi kecuali kecuali dengan
mencari dan meyakini dalam hati bahwa dia sebenarnya tidak punya ilmu alias
kosong. Di situ ia akan berupaya tarus untuk mencari dan mendapatkan ilmu.
5. At Tahfif Minat Tho’am Wal Manam
Tidak pantas ilmu itu
diterima oleh orang yang suka makan
sampai kenyang, jika perut terisi penuh pikiran akan lemes, tidak bisa diajak
mikir dan malas untuk diajak ibadah. Imam syafi’i sejak 16 tahun tidak pernah
merasakan yang namanya kenyang.
Tidurpun seharusnya juga perlu disunat
waktuya, kita tidur enam jam itu sebenarnya sudah dianggap banyak. Banyak
diantara orang orang yang tinggi derajatnya dan ia biasa sholat shubuh tapi
wudhunya sebelum isya’, artinya dia tetap terjaga disepanjang malam untuk
muthola’ah kitab-kitab atau beribadah kepada allah SWT.
6. Hormat dengan mu’allim
Orang yang
mencari ilmu seharusnya hormat dan rendah diri kepada orang yang mengajar ilmu.
Sayyidina Ali Bin Abi Tholib berkata “ Ana Abdu Man ‘Allamani Walau Harfan
Wahidan, aku adalah hamba orang yang
mengajariku walaupun satu hanya huruf”.
Ilmu dan
kefahaman itu dapat diraih seukuran dengan seberapa besar ta’dhim kepada guru,
jika ta’dhimnya 100 % maka ilmu yang di dapat juga 100 %, dan jika ta’dhimnya 80 % maka ilmu yang di dapat
juga 80 %, dan guru itu ibarat wakil
dari Nabi Muhammad,
Jika kalian susah dalam memahami pelajaran
maka amalkanlah ijazah dari Habib Alwi Assgaf sebagaimana berikut ini :
1) يا مبدئ يا خالق dibaca paling sedikit 100 kali tiap hari
2) Jika
mau tidurbaik pagi ataupun malam hendaknya membaca
¨bÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏG÷z$#ur È@ø©9$# Í$yg¨Y9$#ur Å7ù=àÿø9$#ur ÓÉL©9$# ÌøgrB Îû Ìóst7ø9$# $yJÎ/ ßìxÿZt }¨$¨Z9$# !$tBur tAtRr& ª!$# z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# `ÏB &ä!$¨B $uômr'sù ÏmÎ/ uÚöF{$# y÷èt/ $pkÌEöqtB £]t/ur $pkÏù `ÏB Èe@à2 7p/!#y É#ÎóÇs?ur Ëx»tÌh9$# É>$ys¡¡9$#ur ̤|¡ßJø9$# tû÷üt/ Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 tbqè=É)÷èt
3) Do’a
akan belajar
سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر
ولاحول ولاقوت الا بالله العليِّ العظيم عدد كل حرفٍ كتب او يكتب ابد الا بدينو دهر
الداهرين سبحانك لاعلم لنا الا ماعلمتنا انك انت السميع العليم
By: Istahil@gi
By: Istahil@gi