Sebagai seorang mu’min yang
mukallaf kita memang diwajibkan untuk melaksnakan puasa selama satu bulan penuh
di bulan Ramadhan. Bahkan perintah untuk mengerjakan puasa Ramadhan menjadi
salah satu rukun islam yang keempat sbagai mana firman Allah dalam surat Al
Baqarah; 183
يا
أيّها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون (183)
Yang
artinya : “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada
orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”
Dalam
kaitanya dengan puasa, banyak orang yang menberi pengertian bahwa pasa itu
adalah menahan diri dari lapar dan dahaga. Namun lain dari pada itu yang
sebenarnya dinamakan puasa adalah mnahan
diri ( Anggota dhohir dan batin) dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa dan
pula hal-hal yang bias membatalkan pahalanya puasa. Karena banyak orang yang
berpuasa namun tidak medapatkan apa-apa melainkan hanya rasa haus dan lapar,
mengapa demikian….? Karena dalam menjalankan puasa tidak disertai dengan
ilmunya.
Sebagaimana sabda nabi SAW.
Sebagaimana sabda nabi SAW.
كم من صائم ليس له جزأ إلا الجوع
والعطاس
Maka dari itu agar kita
tidak sia-sia dalam berpuasa hendaklah
puasa itu dilakukan dengan sebaik-baiknya, supaya kita bias meraih prestasi
ibadah yang terbaik, mendapatkan pahala yang luhur di sisi Allah SWT. Dengan
mendapatkan RidhoNya, sesuai dengan sabda Nabi SAW.
من صام رمضان إيمانا واحتسابا
غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
dengan sebenar-benarnya iman, dan mengharapkan kebaikan (pahala) di sisi Allah,
maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lampau.
Dan berhati-hatilah
terhadap lima perkara yang bisa membatalkan pahalaya puasa, dalam sebuah Hadits
disebutkan:
خمس يفطرن الصائم : الكذب,
والغيبة, والنميمة, واليمين الكاذبة, والنظر بالشهوة
Yaitu 1). Bohong ( dusta ). 2). Menggunjing.
3).Provokasi ( undat-undat). 4). Janji palsu.
5). Melihat dengan syahwat.
Termasuk
keberuntungan besar yang hanya diberikan kepada umat nabi Muhammad SAW. Adalah
diturunkannya malam yang lebih utama dari seribu bulan, atau lebih dikenal
dengan malam Lailatul Qodar, yang pada malam itu sangat dianjurkan untuk
beribadah, karena malam tersebut lebih utama dari pada seribu bulan ( 83 tahun lebih 4 bulan ).
Sedangkan turunnya malam Lailatul
Qodar itu penuh dengan misteri dan teka-teki yang tidak dapat diketahui secara
pasti, karena telah dirahasiakan oleh Allah SWT, dan hanya bisa diketahui
tanda-tandanya saja.
ramadhan santri |
Adapun para ulama’ yang mengetahui
tanda-tanda turunya malam lailatul Qodar itu berselisih pendapat. Ada yang
mengatakan setiap tanggal 19 Ramadhan, ada pula yang berpendapat setiap tanggal
17 Ramadhan, begitupula ada yang berpendapat setiap tanggal 15 Ramadhan dan juga ada yang berpendapat di setiap malam
Ramadhan, lailatul Qodar itu bisa ditemukan.
Pendapat yang dipilih oleh imam
Nawawi dan imam-imam yang lain adalah pendapat imam syafi’i yang mengatakan
bahwa malam yang paling bisa diharapkan turunya Lailaul Qodar adalah ( ‘Asrul
Awahir) yaitu pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir di bulan
Ramadhan yaitu malam ; 21, 23, 25, 27 dan 29.
Sedangkan menurut pendapat imam
Ghozali, malam Lailatul Qodar itu bisa dilihat dari malam pertama bulan
Ramadhan, yakni:
·
Apabila malam 1 Ramadhan itu jatuh pada malam
Ahad atau Malam Rabu, maka Lailatul Qodar diturunkan pada malam tanggal 29
Ramadhan.
·
Jika permulaan puasa jatuh pada malam Senin,
maka Lailatul Qodar diturunkan pada malam tanggal 21 Ramadhan.
·
Jika permulaan puasa jatuh pada malam Selasa
atau Jum’at, maka Lailatul Qodar diturunkan pada malam tanggal 27 Ramadhan.
·
Jika permulaan puasa jatuh pada malam Kamis,
maka Lailatul Qodar diturunkan pada malam tanggal 25 Ramadhan.
·
Jika permulaan puasa jatuh pada malam Sabtu,
maka Lailatul Qodar diturunkan pada malam tanggal 23 Ramadhan.
Syeh Abul Hasan berkata : ” nulai saya menginjak
dewasa sampai sekarang ini malam turunya Lailatul Qadar tidak pernah melenceng
atau keluar dari Qaidah ini.
كما في كتاب اعانة الطالبين ج2 ص257
Keterangan : kitab
I’anatut Tholibin juz 2 hal 257