Sobat, Perjalanan
tidak selamanya terus berjalan mulus. Terkadang ada saja batu-batu terjal yang
menghadang langkah kita. Walau kadang juga jalan yang kita lalui sangat lancar,
selancar kita ketika mendapat contekan waktu ujian, hehehe….
Hidup ada kalanya
susah, ada kalanya juga senang. Nah, kita yang berlabel santri sering kali
tidak menyadari akan nikmat besar yang diberikan oleh Tuhan. Kita seringnya
mengeluh dengan berbagai masalah yang gak jelas. Masalah, masalah dan masalah. itu
yang sering kali kita keluhkan. Setelah puas mengeluh, baru kita lampiaskan
dengan kelakuan-kelakuan yang gak wajar. Hehe.... gak wajar? Kalian juga tahu
sendirikan, se gak wajar- gak wajarnya santri, itu juga sudah dianggap wajar
oleh kalangan mereka yang melakukannya. Mungkin karena keseringan kali yah… hahaha….
Yah, pelampiasan
itu lebih banyak dilakukan dengan bentuk pelanggaran. Biasanya, santri yang gak
kuatan akan sering terkena pellet karena gk betah dengan masalah yang
menimpanya. Namun sob, ada juga yang hobi dengan model rambut yang seperti itu.
Haha… hobi kok melanggar!..
ok, kita gak akan
mbahas soal hobi melanggar. Yang kita singgung kali ini adalah pemecahan
masalah yang menimpa santri yang membuat mereka nekat untuk melanggar.
sebenarnya gak cuma melanggar saja sih yang menjadi sebuah pelampiasan. Mereka
yang alim-alim dan khusyuk-khusyuk biasanya kalo sudah ketimpa masalah,
hidupnya akan berubah seratus delapan puluh satu derajat. Saya lebihin satu
biar alim dan khusyuknya masih kesisa.
Mereka yang
asalnya rajin wiridan dan belajar, malah jadi malas-malasan. Ini nih, korban
satu-satunya jadi malah menimpa pada pelajaran. Nilai makin jeblok, dan apalan
modar. Itu sih masih belum seberapa. Coba bayangin kalau sampek kepala mereka ada
yang meledak, diyarrrrr.... hihihi…otaknya akan kececeran di mana-mana
Maksudnya, masalah
yang mereka alami ini bisa sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Kalau sudah
demikian, bukan tidak mungkin solusi terakhirnya adalah boyong. Hihhhh cucok
kan, kalo sampe boyong.
Ok, sob sekarang
kita juga perlu tahu bahwa masalah yang terkadang dialami para santri bukan
hanya timbul dari dalam pesantren saja. Tapi sering kali juga tibul dari faktor
luar. Kita gak akan bahas panjang lebar apa saja contoh masalah-masalah
tersebut. Yang jelas kita harus mengerti adalah sebesar-besar masalah yang kita
alami, jangan sampek membuat kita lupa diri. Apalagi sampek lupa ingatan. Hiihh
jadi amnesia donk..
Sobat! Seharusnya
kita menyadari bahwa itu semua adalah cobaan dari Tuhan. Di balik cobaan yang
kita hadapi, ada sebuah Intan permata terindah yang akan kita peroleh jika
sukses menghadapinya. Okelah kita dapat cobaan yang berat. Paling juga gak
berat-berat amat. Beratan mana ama gajah. Hiaiai..bercanda sob..! gini sobat!
Kalo kita punya masalah yang paling berat, anggap saja kita kalah. Sudah, bereskan...
Tinggal kita tawakal saja menghadapinya. Gak perlu dipikirin berat-berat!
Apalagi sampek stress..ihhh jadi gila ntar! Pokoknya masa bodohlah sama cobaan
yang kita hadapi. Yang jelas Tuhan lebih paham dengan kondisi kita. Biarkan Dia
mengatur skenarionya. Karena Dialah yang pandai membolak-balikan keadaan.
Nah, setelah paham
dengan kondisi kita. Kita akan bisa menerima keadaan yang ada. Kita bisa lebih
ikhlas. Janganlah berkecil hati jika apa yang diimpikan tidak terwujud. Kan
sudah disebutkan tadi, biarkan Tuhan mengatur skenarionya. Setelah kita
menyadari kondisi kita. Barulah kita mulai kehidupan baru. Kita bangun semangat
baru. Kita berangkat dari kekalahan. Eits, maksudnya kita berangkat dari
keadaan kita yang siap kalah. Perlu digaris bawahi, menganggap kalah bukan
berarti kita kalah. Maksudnya adalah mental kita sudah siap jika kita mengalami
sisi terburuk dalam masalah yang kita hadapi. Jadi, kita tetap ada ikhtiyar
untuk bangkit. Bukan pasrah begitu saja. Ikhtiar yang kita lakukan akan lebih
tenang jika dengan keadaan seburuk apapun kita sudah siap menghadapinya.
Jadi sobat, kalao
kalian tertimpa masalah, jangan khawatir, cuek saja! anggap saja gak terjadi
apa-apa. Karena masa bodoh kalian adalah jalan tawakal kalian.
Oleh: Istahilagi