Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan Islam yang
sejak lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin di seluruh
penjuru dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan keberkahan hidup
di bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan Islam, Khilafah
Islamiyyah.
Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang
memberitakan akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan
bengis dan menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti
metode kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.
Syekh Hasan Umar hafizhahullah dalam artikelnya yang
berjudul “Ruha al-Islam Dairah” (Roda Islam terus berputar) menjelaskan
fase-fase dari Nubuwwah Rasulullah SAW., secara panjang lebar dan terperinci.
“Nabi SAW., memberitahukan, pada
saat itu masa kenabian, bahwa masa kenabian beliau akan berlangsung di tengah
umatnya ini sampai masa beliau wafat. Setelah itu datang masa khilafah rasyidah
yang akan bertahan di tengah umat ini selama masa waktu tertentu. Kemudian
Allah SWT., akan mengangkat masa tersebut.
Hal itu
ternyata benar-benar terjadi. Kemudian muncul masa raja ‘adhun, yaitu kerajaan
yang diwariskan. Masa tersebut terjadi sejak era Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA,
saat ia mengambil baiat untuk anaknya Yazid bin Mu’awiyah, padahal saat itu
Mu’awiyah masih hidup. Kerajaan yang diwariskan menjadi milik Bani Umayyah,
lalu menjadi milik daulah Abbasiyah sampai selesai, kemudian daulah Mamluk, dan
daulah Utsmaniyah. Daulah Utsmaniyah kemudian berakhir di tangan seorang
sekuleris militeris, Musthafa Kamal Attaturk. Negara-negara Eropa berperan
besar dalam menjatuhkan daulah Utsmaniyah, sehingga khilafah Utsmaniyah runtuh
pada bulan Maret 1924 M.
Era
kerajaan yang diwariskan (monarchi) telah berakhir, digantikan oleh
pemerintahan militer atas negeri-negeri Islam pada abad 20 M. Bahkan, meski
pihak militer yang tidak naik ke kursi kekuasaan, namun sisa-sisa kerajaan yang
diwariskan seperti Arab Saudi, Yordania, dan Maroko mempergunakan bantuan
kekuatan militer yang besar, dengan peralatan dan persenjataan modern untuk
memberangus pihak oposisi dan siapa pun yang membenci penguasa tersebut.
Pemerintahan tersebut secara realita adalah pemerintahan diktator, meski secara
nama masih berupa kerajaan yang diwariskan.
Kekuasaan
sepenuhnya digenggam oleh pemerintahan-pemerintahan diktator tersebut dengan
banyak metode. Metode yang paling penting adalah: - aparat keamanan yang kuat
yang
menjaganya, memberangus para oposisi, mempergunakan media
massa dan para jurnalis untuk ‘mencetak’ (membentuk) akal pemikiran rakyat
sesuai kehendak para penguasa, suatu cara yang bisa disebut ‘operasi pencucian
otak’. Mereka memenuhi otak rakyat dengan pemikiran-pemikiran yang mendukung para
penguasa atau melalaikan rakyat dari dien Allah dan problematika-problematika
umat yang paling menentukan nasib mereka, yaitu media massa memberikan porsi
yang sangat besar untuk aspek seni, olahraga, lagu-lagu (musik), lawakan, dan
seterusnya.
Para tokoh
agama yang berubah menjadi para pegawai pemerintahan. Ketika melihat
kemungkaran, mereka memegang prinsip: ‘Saya tidak melihat, tidak mendengar, dan
tidak mengatakan’. Mereka berperan seperti para pendeta yang menganggap suci
para penguasa, bukan berperan sebagai tokoh iman yang mengingkari kemungkaran
penguasa dan meluruskan kekeliruannya, bukan pula berperan sebagai pemimpin
umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang.
Diantara
metode terpenting para penguasa diktator tersebut adalah mengikuti kemauan
Barat di bidang politik dan militer, dengan mencampakkan persoalan Palestina
dari realita perjuangan, karena mereka semua sibuk menjalin perdamaian dengan
Israel.
Maka kekuatan militer Amerika dipersilahkan bercokol di
Kuwait, Teluk, dan Arab Saudi. Sikap politik negara-negara kawasan Teluk berada
di bawah payung politik Amerika. Amerika bahkan melakukan intervensi sangat
dalam, sampai taraf menentukan para penguasa di beberapa negeri Islam. Para
penguasa tersebut meminta bantuan kekuatan adidaya (salibis Amerika dan Eropa)
ini dan mereka menindas rakyat mereka sendiri. Maka mereka layak
menyandang nama ‘Pemerintahan Diktator’.
Kini nasib
para pemerintahan diktator ini mulai sempoyongan dan hendak roboh, dengan
dimulainya revolusi rakyat di Tunisia, lalu di Mesir, lalu
demonstrasi-demonstrasi dan bentrokan-bentrokan terjadi di Yaman, Libya, dan
lain-lain. Semuanya terjadi secara berentetan, dengan kecepatan yang
mengagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara cepat.
Kita tidak melihat ada penafsiran atas berbagai kejadian ini
yang lebih jujur dari penafsiran Nabi SAW, yang telah memberitahukan kepada
kita bahwa pemerintahan diktator akan menguasai umat ini selama masa yang Allah
kehendaki. Allah kemudian akan mengangkatnya jika Allah telah menghendakinya.”
88 Tahun Tanpa Khilafah : From Imarah To Khilafah
Kini kita
melihat dengan jelas permulaan hilangnya pemerintahan diktator, dan dengan izin
Allah semua pemerintahan diktaktor tersebut akan lenyap. Jika pemerintahan
diktator telah hilang, niscaya akan digantikan oleh fase khilafah yang berjalan
di atas minhaj (metode) kenabian, seperti yang telah diberitahukan oleh nabi
Muhammad SAW.
Gelombang tsunami revolusi Islam yang awalnya muncul di
Tunisia telah melanda Timur Tengah dan kini menghantam kekuasaan pemerintahan
diktaktor. Keruntuhan rezim diktaktor Tunisia, disusul Mesir, Libya, dan kini
Suriah menjadi tanda dan bukti benarnya berita kenabian Rasulullah SAW.
Sementara
itu, fenomena kemunculan negara-negara Islam atau yang lebih dikenal dengan
Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah
Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq menjadi penanda dan bukti yang menguatkan
bahwa masa kedatangan Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian sudah
semakin dekat. Karena seluruh Imarah Islam yang ada bercita-cita mewujudkan
Khilafah Islamiyah mengikuti metode kenabian.
Imarah
Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam
Somalia, dan Daulah Islam Iraq, dalam timbangan syar’i masuk dalam kategori
“Imarah Khos” atau Imarah Khusus, yakni sebuah kekuasaan spesifik (Khusus) dari
sebuah kepemimpinan Islam atas wilayah yang khusus pula, dimana syariat Islam
diterapkan di wilayah tersebut.
Imarah Khos
(Imarah Khusus) ini suatu saat bisa berkembang dan akhirnya mampu bi
idznillah untuk menegakkan “Imarah Aam” (Imarah Umum) atau yang kita kenal
dengan nama Khilafah untuk seluruh kaum Muslimin di dunia yang akan mewujudkan
ketentraman, kesejahteraan, dan turunnya rahmat Allah SWT., tidak hanya kepada
umat Islam, melainkan juga kepada umat non Muslim, bahkan kepada seluruh alam
semesta.
Di saat itulah Nubuwwah Rasulullah SAW., kembali terbukti,
dengan munculnya masa atau fase Khilafah ala Minhajin Nubuwah, yakni Khilafah
yang mengikuti metode kenabian pasca runtuhnya pemerintahan diktaktor, dan
diawali dengan kemunculan Imarah Islam. From Imarah
To Khilafah, Insya Allah! Wallahu’alam bis showab!
Sumber : dari Majalah Dinding Romansa PP. Langitan